Senin, 18 November 2013

Memasuki bulan penentuan

Cukuplah berkata andaikan waktu bisa diulang, tapi mulailah berkata kedepan harus lebih baik.

Sebuah kalimat simpel nan sederhana namun sulit untuk diterapkan.
Yap, hidup memang pilihan, andaikata boleh memilih, pastilah saya akan meminta satu kali saja untuk mengulang waktu, yaitu ketika di awal perkuliahan semasa menjadi maba.
Tentu saja menyenangkan, dan tidak ada beban, baik itu beban tanggungan ataupun beban moril.

Pasti pula menyenangkan, ketika dulu saya tidak oportunis. Tapi sudahlah, kebingungan pun melanda, kini tak kurang sebulan, bagaimana kata kedepan harus lebih baik itu dipertaruhkan.

Tinggal pilihannya ya tinggal memilih, memilih dalam artian luas. Yap terlalu luas pula untuk dijelaskan.

Yah, andaikan waktu bisa diulang. Saya tak perlu takut untuk memasuki bulan penentuan.

Selasa, 12 November 2013

Apa lagi, Ya tulis Aja

setidaknya dalam beberapa hari ini, pikiran yang teracak-acak sering sekali hinggap di pikiranku.

Mau bicara apa lagi, galau organisasi.
Ya sudahlah, kadang tersenyum ketika di kampus.
Tapi merasa kebingungan kembali ketika di kamar kos.

Yah mau bagaimana,
saat ini jujur aku merasa ketakutan,
takut ketika amanah yang sangat besar dan sangat tidak aku inginkan ada di pundakku.
sulit untuk membayangkan, bekerja dan berbuat apa yang tidak aku inginkan.

Ya, tidak siap saja, mengabdi dengan setengah hati,
Kacau benar, banyak yang luar biasa aktif, namun sekali lagi mereka hyper aktif.
Sudahlah, mungkin sense of belonging nya kurang.

Memang semua seperti itu, tidak ada yang perlu dipermasalahkan.
Tapi mau gimana, entahlah

Kasian, kasian benar.
Kadang mikir juga, enaknya jadi mahasiswa yang bisa fokus.

sudah sih gitu aja

berpikir kembali

Malam ini, malam 12 November. Entah beberapa malam lagi menuju bulan Desember.
Desember, bulan segalanya, bulan dimana penentuan bakal dimana setidaknya sampai 1 hingga 2 tahun kedepan.

Bingung dan bingung, di satu sisi, pernah suatu malam pilihanku telah mantap.
Di satu sisi pula, aku dibuat kecewa dengan pilihanku tersebut.

Pernah pula di satu sisi, aku berpikir kembali.
Mungkin saja berpikir untuk pergi dari salah satu keluarga yang telah membesarkanku.

Egois rasanya, tapi lebih egois lagi memaksa tuk tetap tinggal.
Egois pula rasanya, meninggalkan beberapa orang yang masih setia dengan tempat mereka mengabdi.
Entah ada hubungannya dengan beberapa kalimat sebelum ini, aku sempat kesal dengan mereka yang setia hanya pada dirinya, membiarkan kakinya dengan bebas berjalan kemanapun mereka mau dan dengan gampang berkata ketika diundang untuk membicarakan kegiatan mereka sendiri, taruhlah mereka memiliki prioritas lain.

Sudah banyak kasus yang sempat membuat sakit hati, dan mau bagaimana lagi sabarlah mereka beberapa orang yang masih mengabdi, dan sadarlah pula mereka yang kesana kemari entah mencari pengalaman apa lagi, "apakah mereka memikirkan saudaranya yang lain?"

Ternyata, tak enak pula. Berkali-kalipun berpikir, seandainya bisa memilih, aku tak akan seegois dulu. Memilih satu dan fokus, bukan masalah membagi waktu yang tidak enak, tapi mungkin saja masalah orang lain yang tidak sepaham.

Kadang, aku juga berpikir betapa busuknya diri ini.
Tulisan untuk orang lain, yang juga turut untuk diri sendiri.

Manusia egois, oportunis, dan semacamnya.
Semoga terbuang jauh.
Sudah berhenti saatnya berpikir untuk diri sendiri.
Sampai kapan manusia melakukan sesuatu hanya untuk dirinya sendiri.

Sialan, pikiran, fokus yang terbelah,
mending lari saja, lari dari masalah yang ada mungkin lebih baik.
Iya mungkin lebih baik, atau mungkin saja perlu untuk berpikir kembali.

Berpikir ulang, sebelum bulan itu datang.

Yah, dan hidup harus memilih pada akhirnya, dan semoga pilihan itu tepat.

Rabu, 06 November 2013

Katanya sih dialog kebangsaan

6 November 2013

Ada yang menarik hari ini, selain hasil imbang juventus melawan real madrid dini hari tadi.
Hari ini pula datang beberapa tokoh bangsa  ke Universitasku tercinta...

Sebut saja ada nama seperti Anis Matta, Wiranto, dan Pak Limpo Gubernur Sulawesi Selatan dengan dimoderatori oleh Hanta Yuda salah seorang pengamat politik kenamaan di Indonesia.

Tak ada yang menarik, hanya kata-kata retorika masing-masing narasumber.
Sebut saja Wiranto yang menurutku lebih ahli bila di lapangan dan memegang senjata, sebut pula Pak Limpo yang mungkin lebih ahli sebagai pelaksana teknis terbaik ketimbang berbicara, dan Anis Matta yang cukup sedikit lebih baik diantara ketiganya dalam hal retorika namun belu teruji ketika memegang sebuah jabatan politik.

Mungkin ini menjadi suatu yang menarik bagiku, ketika Anis Matta bilang negara berjalan ketika ada unsur ini, partai politik, media, dan mahasiswa.

Lagi-lagi media disangkut pautkan, tanpa penjelasan lebih lanjut lagi.
Singkat saja, nampaknya aku sekarang lebih tertarik pada dunia media massa.
Iya media massa, bukan lagi hanya soal dialog dan kebangsaan yang didapat hari ini.
Satu kesimpulan, media massa asik juga ~

Selasa, 05 November 2013

Refleksi diri yang semu

Katanya sih, ada dua alasan mengapa orang membencimu,.
Alasan pertama, kamu terlalu bahagia dengan dirimu, dan alasan kedua, dia tidak bahagia dengan hidupnya...

Pepatah lama diatas yang sebenarnya hanya menjadi alibi kosong untuk orang yang selalu beralasan ketika mereka dibenci, dikritik, bahkan dicaci. Dan mungkin saja saya termasuk atau semoga tidak termasuk salah satunya. Sempat iseng browsing di Google, tentang cara menerima kritik, ternyata benar ya jawaban utama adalah positive thinking dan mencoba mencari kesalahan yang pernah dibuat dan berupaya untuk diperbaiki.

Semakin kesini, semakin sadar pula. Lari dan menjadi diam bukanlah solusi, atau masih bingung juga apakah ini menjadi solusi atau bukan. Bahkan menurut Google sendiri, engkau siap dipuji bila engkau siap menerima kritikan. Masih dari google, di kritik wajar, anggap saja bonus untuk kamu yang aktif, itu sih menurut positif thinking nya aja. Kamu pasti gak bakal dikritik kalo kamu pasif, anggap saja begitu, anggap saja karakter.

Teringat kata seorang sahabat sewaktu SMA pernah bilang, apa kalau kamu dikritik terus kamu ubah sikapmu dan nantinya ketika kamu gagal karena berubah itu kamu akan dibantu lagi olehnya ? pasti tidak. Kurang lebih seperti itu jawabannya. Jadi, biarlah saya menjadi orang bebal, ya memang begini, walau harus berubah ya berubah sedikit-sedikit, tapi gak masalah.

Kalau mau flashback kebelakang, sering kali saya dinasihati dinyinyiri dan berbagai omongan lainnya tentang sikap saya yang entah pada akhirnya akan menjadi kelebihan atau kelemahan ini. Banyak kasus, mulai dari teman kelas, sahabat sendiri, bahkan hingga orang tua, dan pada akhirnya ternyata refleksi diri untuk berubah hanyalah semu. Biarlah ia berubah sesuai waktu dan berbuat baik saja, pada akhirnya orang-orang seperti saya toh tak dapat menyenangkan beberapa orang, tapi bisa menyenangkan beberapa orang lainnya.

Refleksi, sering kali saya ditegur oleh perempuan-perempuan, mulai SMA bahkan tepatnya. Karena mungkin mewarisi sifat orang tua yang banyak omong pula kali. Mungkin ini hanya refleksi yang semu, yang mungkin inilah alasannya mengapa sulit untuk diubah. Dan terakhir mungkin yang bisa dilakukan hanya memperbaiki diri sesuai apa yang kita butuhkan, dan sudahlah toh tak semua kritik harus didengar bukan.

Kadang Refleksi diri itu Semu.....

Senin, 04 November 2013

Ternyata Kamu Orang Gagal

Ada pepatah pernah bilang, kalau kamu menunjuk orang, maka hanya satu jari yang menunjuk kesana, sedangkan empat yang lain menunjuk dirimu sendiri.

Mungkin pepatah ini tepat, akhirnya saya sadar, saya gagal dalam beberapa hal. Termasuk memilih, fokus, dan memimpin. Entah ini akan menjadi phobia tersendiri, atau bahkan ini berdampak domino bagi kehidupan di depan yang masih panjang.

Biarlah ini menjadi rangkaian kata yang tak beraturan, tapi yang jelas, hari ini saya menjadi orang gagal, gagal dalam memimpin, terlebih lagi, gagal memimpin tim hebat yang terdiri dari orang-orang hebat pula, yang sudah malang melintang di dunia kepanitaan di luar sana. Sudahlah, merujuk pendapat di atas, kesalahan ini berawal dari saya pula, ini seperti sudah menjadi resiko tersendiri. Namun, hanya keledai bodoh yang jatuh di lubang yang sama dua kali.

Entah yang salah apa, memang setiap organisasi memiliki masalah-masalahnya tersendiri. Benar memang, ketika banyak orang yang memiliki multi amanah dan tak salah pastinya, tapi beberapa kasus di luar sana menunjukkan, sebenarnya manusia bisa memilih kalau mereka mau, tapi lagi-lagi masalah hati. Bukan mereka saja, diri saya juga begitu.

Kembali lagi ke judul di atas, ternyata benar, saya orang gagal......