Sebuah kalimat simpel nan sederhana namun sulit untuk diterapkan.
Yap, hidup memang pilihan, andaikata boleh memilih, pastilah saya akan meminta satu kali saja untuk mengulang waktu, yaitu ketika di awal perkuliahan semasa menjadi maba.
Tentu saja menyenangkan, dan tidak ada beban, baik itu beban tanggungan ataupun beban moril.
Pasti pula menyenangkan, ketika dulu saya tidak oportunis. Tapi sudahlah, kebingungan pun melanda, kini tak kurang sebulan, bagaimana kata kedepan harus lebih baik itu dipertaruhkan.
Tinggal pilihannya ya tinggal memilih, memilih dalam artian luas. Yap terlalu luas pula untuk dijelaskan.
Yah, andaikan waktu bisa diulang. Saya tak perlu takut untuk memasuki bulan penentuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar