KISAH NABI
DAUD a.s.
|
Berlalulah tahun-tahun yang cukup panjang dari
wafatnya Musa. Setelah Nabi Musa, datanglah para nabi dan mereka telah mati dan
anak-anak Israil setelah Musa telah kalah. Kitab suci mereka telah hilang,
yaitu Taurat. Ketika Taurat telah hilang dari dada mereka maka ia pun tercabut
dari tangan mereka. Musuh-musuh mereka menguasai peti perjanjian yang di
dalamnya terdapat peninggalan keluarga Musa dan Harun. Bani Israil terusir dari
keluarga mereka dan rumah mereka. Keadaan mereka sungguh sangat tragis.
Kenabian telah terputus dari cucu Lawi, dan tidak tersisa dari mereka kecuali
seorang wanita yang hamil yang berdoa kepada Allah s.w.t agar Dia memberinya
anak laki- laki. Lalu ia melahirkan anak laki-laki dan menamainya dengan nama
Asymu'il yg dalam bahasa Ibrani bererti Ismail. Yakni Allah s.w.t mendengar
doaku.
Ketika anak itu tumbuh dewasa, ibunya itu
mengirimnya ke masjid dan menyerahkannya kepada lelaki soleh agar belajar
kebaikan dan ibadah darinya. Anak itu berada di sisinya. Pada suatu malam -
ketika ia telah menginjak dewasa - ia tidur, lalu ia mendengar ada suara yang
datang dari sisi masjid. Ia bangun dalam keadaan ketakutan dan mengira bahawa
syeikh atau gurunya memanggilnya. Ia segera menuju gurunya dan bertanya:
"Apakah engkau memang memanggilku?" Guru itu tidak ingin
menakut-nakutinya maka ia berkata: "Ya, ya." Anak itu pun tidur
kembali. Kemudian suara itu lagi-lagi memanggilnya untuk kedua kalinya dan
ketiga hingga ia bangun dan melihat malaikat Jibril memanggilnya: "Tuhanmu
telah mengutusmu kepada kaummu." Pada suatu hari, Bani Israil menemui nabi
yang mulia ini. Mereka bertanya kepadanya: "Tidakkah kami orang-orang yang
teraniaya?" Dia menjawab: "Benar." Mereka berkata: "Tidakkah
kami orang-orang yang terusir?" Dia menjawab: "Benar." Mereka
mengatakan: "Kirimkanlah untuk kami seorang raja yang dapat mengumpulkan
kami di bawah satu bendera agar kita dapat berperang di jalan Allah s.w.t dan
agar kita dapat mengembalikan tanah kita dan kemuliaan kita." Nabi mereka
berkata kepada mereka dan tentu ia lebih tahu daripada mereka: "Apakah
kalian yakin akan menjalankan peperangan jika diwajibkan peperangan atas
kalian?"
Mereka menjawab: "Mengapa kami tidak
berperang di jalan Allah s.w.t sedangkan kami telah terusir dari negeri kami,
dan anak-anak kami pun terusir serta keadaan kami makin memburuk." Nabi
mereka berkata: "Sesungguhnya Allah s.w.t telah mengutus Thalut sebagai
penguasa bagi kalian." Mereka berkata: "Bagaimana ia menjadi penguasa
atas kami sedangkan kami lebih berhak mendapatkan kekuasaan itu daripadanya.
Lagi pula, ia bukan seorang yang kaya, sedangkan di antara kami ada orang yang
lebih kaya daripadanya."
Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya Allah
s.w.t memilihnya atas kalian kerana ia memiliki keutamaan dari sisi ilmu dan
fizik. Dan Allah s.w.t memberikan kekuasaan-Nya kepada siapa pun yang Dia
kehendaki." Mereka berkata: "Apa tanda kekuasaa-Nya?" Nabi
menjawab: "Kitab Taurat yang dirampas musuh kalian akan kembali kepada
kalian. Kitab itu akan dibawa oleh para malaikat dan diserahkan kepada kalian.
Ini adalah tanda kekuasaan-Nya." Mukjizat tersebut benar-benar terjadi di
mana pada suatu hari Taurat kembali kepada mereka.
Pembentukan pasukan Thalut dimulai. Thalut
telah menyiapkan tenteranya untuk memerangi Jalut. Jalut adalah seseorang yang
perkasa dan penantang yang hebat di mana tak seorang pun mampu mengalahkannya.
Pasukan Thalut telah siap. Pasukan berjalan dalam waktu yang lama di
tengah-tengah gurun dan gunung sehingga mereka merasakan kehausan. Raja Thalut
berkata kepada tenteranya: "Kita akan menemui sungai di jalan. Barang
siapa yang meminumnya maka hendaklah ia akan keluar dari pasukan dan barang
siapa yang tidak mengicipinya dan hanya sekadar membasahi kerongkongannya maka
ia akan dapat bersamaku dalam pasukan."
Akhirnya, mereka mendapati sungai dan
sebahagian tentera minum darinya dan kemudian mereka keluar dari barisan
tentera. Thalut telah menyiapkan ujian ini untuk mengetahui siapa di antara
mereka yang mentaatinya dan siapa yang membangkangnya; siapa di antara mereka
yang memiliki tekad yang kuat dan mampu menahan rasa haus dan siapa yang
memiliki keinginan yang lemah dan mudah menyerah.
Thalut berkata kepada dirinya sendiri:
"Sekarang kami mengetahui orang- orang yang pengecut sehingga tidak ada
yang bersamaku kecuali orang- orang yang berani." Jumlah pasukan memang
berpengaruh tetapi yang paling penting dalam pasukan adalah, sifat keberanian
dan iman, bukan semata-mata jumlah dan senjata. Lalu datanglah saat-saat yang
menentukan bagi pasukan Thalut. Mereka berdiri di depan pasukan musuhnya,
Jalut. Jumlah pasukan Thalut sedikit sekali tetapi pasukan Musuh sangat banyak
dan kuat.
Jalut tampak membawa baju besinya bersama
pedangnya. Tampaknya ia menantang seseorang untuk berlawan dengannya. Semua
tentera Thalut merasa takut untuk menghadapinya. Di saat-saat tegang ini,
muncullah dari pasukan Thalut seorang penggembala kambing yang kecil, yaitu
Daud. Daud adalah seorang yang beriman kepada Allah s.w.t. Ia mengetahui bahawa
keimanan kepada Allah s.w.t adalah hakikat kekuatan di alam ini, dan bahawa
kemenangan bukan semata-mata ditentukan banyaknya senjata dan kuatnya tubuh.
Daud maju dan meminta kepada raja Thalut agar
mengizinkannya berlawan dengan Jalut. Namun si raja pada hari pertama menolak
permintaan itu. Daud bukanlah seorang tentera, ia hanya sekadar penggembala
kambing yang kecil. Ia tidak memiliki pengalaman dalam peperangan. Ia tidak
memiliki pedang, senjatanya adalah potongan batu bata yang digunakan untuk
mengusir kambingnya. Meskipun demikian, Daud mengetahui bahawa Allah s.w.t
adalah sumber kekuatan yang hakiki di dunia ini. kerana ia seorang yang beriman
kepada Allah s.w.t, maka ia merasa lebih kuat daripada Jalut.
Pada hari kedua, ia kembali meminta izin agar
diberi kesempatan untuk memerangi Jalut. Lalu raja memberikan izin kepadanya.
Raja berkata kepadanya: "Seandainya engkau berani memeranginya, maka
engkau menjadi pemimpin pasukan dan akan menikahi anak perempuanku." Daud
tidak peduli dengan iming-iming tersebut. Ia hanya ingin berperang dan
memenangkan agama. Ia ingin membunuh Jalut, seorang lelaki yang sombong yang
zalim dan tidak beriman kepada Allah s.w.t, Raja mengizinkan kepada Daud untuk
berlawan dengan jalut.
Daud maju dengan membawa tongkatnya dan lima
buah batu serta katapel. Jalut maju dengan dilapisi senjata dan baju besi.
Jalut berusaha mengejek Daud dan merendahkannya serta mentertawakan
kefakirannya dan kelemahannya. Kemudian Daud meletakkan batu yang kuat di atas
katapelnya, lalu ia melepaskannya di udara sehingga batu itu pun meluncur
dengan keras. Angin menjadi sahabat Daud kerana ia cinta kepada Allah s.w.t
sehingga angin itu membawa batu itu menuju ke dahi Jalut. Batu itu membunuhnya.
Jalut yang dibekali senjata yang lengkap itu tersungkur ke tanah dan mati.
Daud, seorang penggembala yang baik, mengambil
pedangnya. Dan berkecamuklah peperangan di antara kedua pasukan. Peperangan
dimulai saat pemimpinnya terbunuh dan rasa ketakutan menghinggapi seluruh
pasukannya, sedangkan pasukan yang lain dipimpin oleh seorang penggembala
kambing yang sederhana.
Allah s.w.t berfirman:
"Tatkala mereka
tampak oleh jalut dan tenteranya, mereka pun berdoa: 'Ya Tuhan kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kukuhkanlah pendirian kami terhadap
orang-orang kafir.' Mereka (tentera Thalut) mengalahkan tentera Jalut dengan
izin Allah memberinya kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah, (sesudah
meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.
Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebahagian
yang lain, pasti rosaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai kurnia (yang
dicurahkan) atas semesta alam." (QS. al-Baqarah: 250-251)
Setelah Daud membunuh jalut, ia mencapai
puncak kebenaran di tengah- tengah kaumnya sehingga ia menjadi seorang lelaki
yang paling terkenal di kalangan Bani Israil. Beliau menjadi pemimpin pasukan
dan suami dari anak perempuan raja. Namun Daud tidak begitu gembira dengan
semua ini. Beliau tidak bertujuan untuk mencapai kebenaran atau kedudukan atau
kehormatan, tetapi beliau berusaha untuk menggapai cinta Allah s.w.t. Daud
telah diberi suatu suara yang sangat indah dan mengagumkan. Daud bertasbih
kepada Allah s.w.t dan mengagungkan- Nya dengan suaranya yang menarik dan
mengundang decak kagum. Oleh kerana itu, setelah mengalahkan Jalut, Daud
bersembunyi. Beliau pergi ke gurun dan gunung. Beliau merasakan kedamaian di
tengah-tengah makhluk-makhluk yang lain. Di saat mengasingkan diri, beliau
bertaubat kepada Allah s.w.t.
Allah s.w.t berfirman:
"Dan sesungguhnya
telah Kami berikan kepada Daud kurnia Kami. (Kami berfirman): 'Hai
gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud', dan
Kami telah melunakkan besi padanya. (Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar
dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang soleh. Sesungguhnya Aku
melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Saba': 10- 11)
"Dan telah Kami
tundukan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud, dan
Kamilah yang melakukannya. Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi
kepada kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu
bersyukur (kepada Allah)." (QS. al-Anbiya': 79-80)
Ketika Daud duduk, maka ia bertasbih kepada
Allah s.w.t dan memuliakan-Nya. Allah s.w.t memilih Daud sebagai Nabi dan
memberinya Kitab Zabur. Allah s.w.t berfirman:
"Dan Kami berikan
Kitab Zabur kepada Daud." (QS. al-Isra': 55)
Zabur adalah kitab suci seperti Kitab Taurat.
Daud membaca kitab tersebut dan bertasbih kepada Allah s.w.t. Saat beliau
bertasbih, gunung-gunung juga ikut bertasbih, dan burung-burung pun berkumpul
bersama beliau.
Allah s.w.t berfirman:
"Dan ingatlah
hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada
Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia
(Daud) di waktu pagi dan petang, dan (Kami tundukkan pula) burung-burung dalam
keadaan terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah. Dan Kami kuatkan
kerajaannya dan Kami berikan hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan
perselisihan." (QS. Shad: 17-20)
Gurun terbentang sehingga mencapai ufuk. Ini
adalah hari puasa Daud. Nabi Daud berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada
hari yang lain. Inilah yang disebut dengan Shiam ad-Dahr. Daud membaca Kitab
Zabur dan merenungkan ayat-ayatnya. Gunung-gunung bertasbih bersamanya. Gunung
menyempurnakan pembacaan ayat tersebut, dan terkadang beliau diam sementara
gunung itu menyempurnakan tasbihnya. Bukan hanya gunung yang bertasbih bersama
beliau, burung-burung pun ikut bertasbih. Ketika Daud mulai membaca Kitab Zabur
yang suci maka burung-burung, binatang-binatang buas, dan pohon-pohon pun
berkumpul di sisinya, bahkan gunung-gunung ikut bertasbih. Bukan hanya kerana
ketulusan Daud yang menjadi penyebab bertasbihnya gunung-gunung atau
burung-burung bersama beliau; bukan hanya keindahan suaranya yang menjadi
penyebab bertasbihnya makhluk-makhluk yang lain bersama beliau, namun ini
adalah mukjizat dari Allah s.w.t kepadanya sebagai Nabi yang memiliki keimanan
yang agung, yang cintanya kepada Allah s.w.t sangat tulus. Bukan hanya ini
mukjizat yang diberikan kepada beliau, Allah s.w.t juga memberinya ilmu atau
kemampuan untuk memahami bahasa burung dan haiwan-haiwan yang lain.
Pada suatu hari, beliau merenung dan
mendengarkan ocehan burung yang berdialog satu sama lain. Lalu beliau mengerti
apa yang dibicarakan burung-burung itu. Allah s.w.t meletakkan cahaya dalam
hatinya sehingga ia memahami bahasa burung dan bahasa haiwan-haiwan yang lain.
Daud sangat mencintai haiwan dan burung. Beliau berlemah lembut kepada
haiwan-haiwan itu, bahkan beliau merawatnya ketika haiwan- haiwan itu sakit
sehingga burung-burung dan binatang yang lain pun mencintainya. Di samping
kemampuan memahami bahasa burung, Allah s.w.t juga memberinya hikmah (ilmu
pengetahuan). Ketika Daud memperoleh ilmu dari Allah s.w.t atau ketika ia
mendapatkan mukjizat maka bertambahlah rasa cintanya kepada Allah s.w.t dan
bertambah juga rasa syukumya kepada-Nya, begitu juga ibadahnya semakin
meningkat. Oleh kerana itu, beliau berpuasa pada suatu hari dan berbuka pada
hari yang lain. Allah s.w.t sangat mencintai Daud dan memberinya kerajaan yang
besar. Dan masalah yang dihadapi oleh kaumnya adalah, banyaknya peperangan di
zaman mereka. kerana itu, pembuatan baju besi sangat penting. Baju besi yang dibuat
oleh para ahli sangat berat sehingga seorang yang berperang tidak mudah
bergerak dengan bebas ketika memakai baju besi itu.
Pada suatu hari, Nabi Daud duduk sambil
merenungkan masalah tersebut dan di depan beliau ada potongan besi yang beliau
main-mainkan. Tiba- tiba, beliau mengetahui bahawa tangannya dapat membikin
besi itu lunak. Allah s.w.t memang telah melunakkan besi bagi Daud. Lalu Daud
memotong-motongnya dan membentuknya dalam potongan-potongan kecil dan
melekatkan sebahagian pada yang lain, sehingga beliau mampu membuat baju besi
yang baru, yaitu baju besi yang terbentuk dari lingkaran-lingkaran besi yang
jika dipakai oleh seseorang yang berperang maka ia akan leluasa untuk bergerak
dan tubuhnya tetap terlindung dari pedang dan kapak. Baju besi itu lebih baik
dari semua baju besi yang ada pada saat itu.
Allah s.w.t melunakkan baju besi baginya.
Yakni, Nabi Daud adalah orang yang pertama kali menemukan bahawa besi dapat
menjadi leleh dengan api dan ia dapat dibentuk menjadi ribuan rupa. Kami merasa
puas dengan tafsir seperti ini. Nabi Daud bersyukur kepada Allah s.w.t.
Kemudian banyak fabrik-fabrik berdiri untuk membuat baju besi yang baru. Ketika
selesai pembuatan baju besi itu dan diberikan kepada pasukannya maka
musuh-musuh Daud mengetahui bahawa pedang mereka tidak akan mampu menembus baju
besi ini. Baju besi yang dipakai oleh para musuh itu sangat berat dan dapat
ditembusi oleh pedang. Baju besi yang mereka pakai tidak membuat mereka
bergerak dengan bebas dan tidak dapat melindungi mereka saat berperang, tidak
demikian halnya dengan baju besi yang dibuat oleh Nabi Daud. Setiap peperangan
yang diikuti oleh tentera Daud maka beliau selalu mendapatkan kemenangan;
setiap kali beliau memasuki kancah peperangan maka beliau merasakan kemenangan.
Beliau mengetahui bahawa kemenangan ini semata-mata datangnya kerana Allah
s.w.t sehingga rasa syukurnya kepada-Nya semakin bertambah dan tasbih yang
beliau lakukan pun semakin meningkat serta kecintaan kepada Allah s.w.t pun
semakin bergelora.
Ketika Allah s.w.t mencintai seorang nabi atau
seorang hamba dari hamba-hamba-Nya maka Dia menjadikan manusia juga
mencintainya. Manusia mencintai Nabi Daud sebagaimana burung-burung, haiwan-
haiwan, dan gunung-gunung pun mencintainya. Raja melihat hal yang demikian itu
lalu timbullah rasa cemburu dalam dirinya. Ia mulai berusaha untuk menyakiti
Nabi Daud dan membunuhnya. Ia menyiapkan pasukan untuk membunuh Daud. Daud
mengetahui bahawa raja cemburu kepadanya. Oleh kerana itu, beliau tidak
memerangi raja namun apa yang beliau lakukan? Beliau mengambil pedang raja saat
ia tidur lalu beliau memotong sebahagian dari pakaiannya dengan pedang itu.
Kemudian beliau membangunkan raja dan berkata kepadanya: "Wahai raja,
engkau telah berencana untuk membunuhku, namun aku tidak membencimu dan tidak
ingin membunuhmu. Seandainya aku ingin membunuhmu maka aku lakukan saat engkau
tidur. Ini bajumu telah terpotong. Aku telah memotongnya saat engkau tidur. Aku
bisa saja memotong lehermu sebagai ganti dari memotong baju itu, tetapi aku tidak
melakukannya. Aku tidak suka untuk menyakiti seseorang pun. Ajaran yang aku
bawa hanya berisi cinta dan kasih sayang, bukan kebencian. Raja menyedari
bahawa dirinya salah dan ia meminta maaf kepada Daud."
Kemudian berlalulah hari demi hari dan raja
terbunuh dalam suatu peperangan yang tidak diikuti oleh Nabi Daud, kerana raja
itu cemburu kepadanya dan menolak bantuannya. Setelah itu, Nabi Daud menjadi
raja. Masyarakat saat itu mengetahui bahawa Daud melakukan apa saja demi
kebaikan dan kebahagiaan mereka sehingga mereka rela untuk menjadikannya raja
bagi mereka. Jadi, Daud menjadi Nabi yang diutus oleh Allah s.w.t sekaligus
menjadi raja. Kekuasaan tersebut justru meningkatkan rasa syukur kepada Allah
s.w.t dan meningkatkan ibadahnya kepada-Nya serta mendorong beliau untuk lebih
meningkatkan kebaikan dan menyantuni orang-orang fakir serta menjaga
kepentingan masyarakat umum.
Allah s.w.t memperkuat kerajaan Daud. Allah
selalu menjadikannya menang ketika melawan musuh-musuhnya. Allah menjadikan
kerajaannya sangat besar sehingga ditakuti oleh musuh-musuhnya meskipun tidak
dalam peperangan. Allah menambah nikmat-Nya kepada Daud dalam bentuk memberinya
hikmah. Selain memberi kenabian kepada Daud, Allah s.w.t memberi hikmah dan
kemampuan untuk membezakan kebenaran dari kebatilan. Nabi Daud mempunyai
seorang anak yang bernama Sulaiman. Sulaiman adalah anak yang cerdas dan
kecerdasannya itu tampak sejak masa kecilnya. Usia Sulaiman mencapai sebelas
tahun ketika terjadi kisah ini. Allah s.w.t berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya
memberikan keputusan mengenai tanaman, kerana tanaman itu dirosaki oleh
kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang
diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada
Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing mereka
telah Kami berikan hikmah dan ilmu. " (QS. al-Anbiya': 78-79)
Seperti biasanya, Daud duduk dan memberikan
keputusan hukum kepada manusia dan menyelesaikan persoalan mereka. Seorang
lelaki pemilik kebun datang kepadanya disertai dengan lelaki yang lain. Pemilik
kebun itu berkata kepadanya: "Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya kambing
laki- laki ini masuk ke kebunku dan memakan semua anggur yang ada di dalamnya.
Aku datang kepadamu agar engkau menjadi hakim bagi kami. Dan aku menuntut ganti
rugi."
Daud berkata kepada pemilik kambing:
"Apakah benar bahawa kambingmu memakan kebun lelaki ini?" Pemilik
kambing itu berkata: "Benar wahai tuanku." Daud berkata: "Aku
telah memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai ganti dari apa yang telah
dirosaki oleh kambingmu." Sulaiman berkata: "Allah telah memberinya
hikmah di samping ilmu yang diwarisi dari ayahnya - aku memiliki hukum
yang lain, wahai ayahku." Daud berkata: "Katakanlah wahai
Sulaiman." Sulaiman berkata: "Aku memutuskan agar pemilik kambing
mengambil kebun laki- laki ini yang buahnya telah dimakan oleh kambingnya. Lalu
hendaklah ia memperbaikinya dan menanam di situ sehingga tumbuhlah pohon-pohon
anggur yang baru. Dan aku memutuskan agar pemilik kebun itu mengambil
kambingnya sehingga ia dapat mengambil manfaat dari bulunya dan susunya serta
makan darinya. Jika pohon anggur telah besar dan kebun tidak rosak atau kembali
seperti semula, maka pemilik kebun itu dapat mengambil kembali kebunnya dan
begitu juga pemilik kambing pun dapat mengambil kambingnya." Daud berkata:
"Ini adalah keputusan yang hebat wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah
s.w.t yang telah memberimu hikmah ini. Engkau adalah Sulaiman yang benar-benar
bijaksana." Nabi Daud - meskipun kedekatannya kepada Allah s.w.t dan
kecintaannya kepada-Nya - selalu belajar kepada Allah s.w.t. Allah s.w.t telah
mengajarinya agar ia tidak memutuskan suatu perkara kecuali setelah ia
mendengar perkataan kedua belah pihak yang bertikai.
Pada suatu hari Nabi Daud duduk di mihrabnya
yang di situ ia solat dan beribadah. Ketika ia memasuki kamarnya, ia
memerintahkan para pengawalnya untuk tidak mengizinkan seseorang pun masuk
menemuinya atau mengganggunya saat ia solat. Tiba-tiba, beliau dikejutkan
ketika melihat dua orang lelaki berdiri di hadapannya. Daud takut kepada mereka
berdua kerana mereka berani masuk, padahal ia telah memerintahkan agar tak
seorang pun masuk menemuinya. Daud bertanya kepada mereka: "Siapakah
kalian berdua?" Salah seorang lelaki itu berkata: "Janganlah takut
wahai tuanku. Aku dan laki-laki ini berselisih pendapat. Kami datang kepadamu
agar kamu memutuskan dengan cara yang benar." Daud bertanya: "Apa
masalahnya?" Laki-laki yang pertama berkata: "Saudaraku ini mempunyai
sembilan puluh sembilan kambing betina, sedangkan aku hanya mempunyai satu. Ia
telah mengambilnya dariku." Ia berkata: "Berikanlah kepadaku, lalu ia
mengambilnya dariku." Daud berkata tanpa mendengar pendapat atau
argumentasi pihak yang lain: 'Sesungguhnya dia telah berbuat lalim kepadamu
dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya
dari kebanyakan orang-orang yang berserakan itu sebahagian mereka berbuat zalim
kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman.'
Daud terkejut ketika tiba-tiba dua orang itu
menghilang dari hadapannya. Kedua orang itu bersembunyi laksana awan yang
menguap di udara. Akhirnya, Daud mengetahui bahawa kedua lelaki itu adalah
malaikat yang diutus oleh Allah s.w.t kepadanya untuk memberinya pelajaran:
hendaklah ia tidak mengambil keputusan hukum di antara dua orang yang
berselisih kecuali setelah mendengar perkataan mereka semua. Barangkali pemilik
sembilan puluh sembilan kambing itu yang benar. Daud tunduk dan bersujud serta
rukuk kepada Allah s.w.t dan meminta ampun kepada-Nya. Allah s.w.t berfirman:
"Dan sampaikah
kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika mereka memanjat pagar?
Ketika mereka masuk (menemui) Daud lalu ia terkejut dengan (kedatangan) mereka.
Mereka berkata: 'Janganlah kamu merasa takut, (kami) adalah dua orang yang
berperkara yang salah seorang dari kami berbuat lalim kepada yang lain; maka
berilah keputusan di antara kami dengan adil dan janganlah kamu menyimpang dari
kebenaran dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini
mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina dan aku mempunyai seekor
saja. Maka dia berkata: 'Serahkanlah
kambing itu kepadaku dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan.' Daud berkata:
'Sesungguhnya dia telah berbuat lalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk
ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya dari kebanyakan orang-orang
yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang
lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang soleh; dan
amat sedikitlah mereka ini". Dan Daud mengetahui bahawa kami mengujinya;
maka ia meminta. ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.
Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan
dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS. Shad: 21-25)
Banyak cerita dongeng atau bohong yang
disampaikan orang-orang Yahudi tentang godaan yang dialami oleh Daud. Dikatakan
bahawa ia tertarik dengan isteri dari salah seorang pemimpin pasukannya lalu ia
mengutus pemimpin itu di suatu peperangan di mana ia mengetahui apa yang
terjadi dengannya. Kemudian Daud menguasai isterinya.
Itu adalah kepalsuan yang mengada-ada. Manusia
yang hatinya berhubungan dengan bintang tertinggi di langit dan tasbihnya
berhubungan dengan tasbih makhluk-makhluk dan benda-benda mati, maka mustahil
baginya untuk hanya melihat atau tertarik dengan keindahan atau kecantikan
wajah wanita atau fiziknya. Seseorang yang melihat puncak keindahan di alam dan
berhubungan dengannya secara langsung dan menundukkannya dengan tasbihnya maka
mustahil baginya untuk tunduk kepada naluri seksual. Daud adalah seorang hamba
Allah s.w.t dan tidak mungkin ia menjadi hamba dari nalurinya sebagaimana yang
dikemukakan oleh cerita-cerita palsu Bani Israil.
Nabi Daud kembali menyembah Allah s.w.t dan
bertasbih kepada-Nya serta melantunkan senandung cinta kepada-Nya sampai akhir
hayatnya. Nabi Daud berpuasa sehari dan berbuka sehari. Sehubungan dengan itu,
Rasulullah saw bersabda: "Sebaik-baik puasa adalah puasanya Daud. Beliau
berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Beliau membaca Zabur dengan tujuh
puluh suara; beliau melakukan solat di tengah malam dan menangis di dalamnya,
dan kerana tangisannya segala sesuatu pun ikut menangis, dan suaranya dapat
menyembuhkan orang yang gelisah dan orang yang menderita." Nabi Daud
meninggal secara tiba-tiba sebagaimana dikatakan oleh berbagai riwayat.
Matahari mengganggu manusia, lalu Sulaiman
memanggil burung dan berkata: "Naungilah Daud. Maka burung itu
menaunginya. Dan angin menjadi tenang." Sulaiman berkata kepada burung:
"Naungilah manusia dari sengatan matahari. Burung itu pun tunduk kepada
perintah Sulaiman. Ini untuk pertama kalinya orang-orang menyaksikan kekuasaan
Sulaiman."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar