Jumat, 30 November 2012

Sejarah Ilmu Komunikasi

SEJARAH ILMU KOMUNIKASI
Status ilmu komunikasi di Indonesia diperoleh melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 107/82/tahun 1982 dan sekaligus membawa penyeragaman nama dari ilmu yang dikembangkan di Indonesia, termasuk ilmu komunikasi. Sebelumnya terdapat beberapa nama yang berbeda di berbagai universitas atau perguruan tinggi di Indonesia. Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggunakan nama Publisistik, Universitas Indonesia (UI) Jakarta menggunakan nama Ilmu Komunikasi Massa, Universitas Hasanuddin (Unhas) Ujung Pandang menggunakan nama Publisistik/Ilmu Komunikasi.
Beberapa tokoh yang telah berjasa memasukkan sekaligus mengembangkan ilmu ini di Perguruan Tinggi di Indonesia, antara lain Drs. Marbangun, Sundoro, Prof. Sujono Hadinoto, Adinegoro, dan Prof. Dr. Mustopo. Pada tahun 1960-an bertambah lagi dengan datangnya dua orang pakar kajian ini, yaitu Dr. Phil. Astrid S. Susanto dari Jerman Barat (1964) dan Dr. M. Alwi Dahlan dari Amerika Serikat (1967).
Ilmu Publisistik berkembang di Eropa, khususnya Jerman. Sedangkan Ilmu Komunikasi Massa lahir di Amerika Serikat. Masuknya Ilmu Publisistik dan Ilmu Komunikasi Massa ke Indonesia karena adanya hubungan dengan bangsa-bangsa dari kedua benua tersebut, selain itu karena dibawa oleh masyarakat Indonesia yang pernah belajar di Eropa Maupun di Amerika.
Lahirnya Ilmu Komunikasi di Eropa maupun di Amerika Serikat bahkan di seluruh dunia adalah merupakan hasil perkembangan dari Publisistik dan Ilmu Komunikasi Massa. Berawal dari pertemuan antara tradisi Eropa yang mengembangkan Ilmu Publisistik dengan tradisi Amerika Ilmu Komunikasi Massa.
Berdasarkan latar belakang sejarah, untuk sampai kepada nama Ilmu Komunikasi yang dipakai di seluruh dunia dewasa ini, diperlukan waktu beberapa dasawarsa. Sejak Ilmu Pers dikembangkan di Jerman (1925) dan Jurnalistik diajarkan di universitas-universitas di Amerika (1930). Dari latar belakang sejarah tersebut sudah dapat dilihat bahwa perubahan nama Ilmu Komunikasi terjadi karena perluasan objek dan bidang studi ilmu ini.


Objek studi Ilmu Komunikasi dengan sendirinya bukan hanya surat kabar (Ilmu Pers) bukan pula hanya media massa (Ilmu Komunikasi Massa) atau pernyataan umum (Publisistik) melainkan komunikasi atau pernyataan antar manusia. Dengan demikian Ilmu Komunikasi mencakup semua pernyataan antar manusia melalui media massa dan retorika maupun yang dilakukan secara langsung. Kehadiran ilmu komunikasi sama sekali tidak menghilangkan eksistensi kajian-kajian sebelumnya seperti Jurnalistik, Pers dan Media Massa, Retorika dan Komunikasi Personal. Bahkan semua itu merupakan bidang studi dari Ilmu Komunikasi. Berdasarkan objek studi tersebut, maka pada awal perkembangannya dapat dirumuskan bahwa Ilmu Komunikasi adalah ilmu pemasyarakatan yang mempelajari secara sistematis segala segi pernyataan antar manusia.
Dalam dekade 1980-an terjadi lagi suatu perkembangan yang sangat penting sebab paradigma atau pandangan yng mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan dari ilmu komunikasi, sebagaimana diuraikan diatas sudah dianggap klasik. Muncul beberapa paradigma yang baru, yang diuraikan oleh B. Aubrey Fisher tahun 1978. Paradigma yang klasik itu disebut sebagai perspektif mekanis, sedang yang baru disebut sebagai perspektif psikologis, mekanis dan pragmatis. Dengan demikian Ilmu Komunikasi tidak lagi mengkaji pernyataan antar manusia, tetapi lebih luas dari itu.
Program studi komunikasi massa atau jurnalistik, mempelajari tentang media massa (pers, radio, film, dan televisi), dari berbagai aspek termasuk dari aspek teknik jurnalistik (berita, kewartawanan, produksi, dan sebagainya). Program studi Hubungan Masyarakat / Periklanan, mempelajari mengenai public relation (organisasi, menejemen, perencanaan, dan kepemimpinan), retorika, hubungan-hubungan manusiawi, promosi dan periklanan. Program studi Komunikasi Pembangunan/Penyuluhan/Penerangan mempelajari mengenai komunikasi untuk menimbulkan perubahan berencana dalam masyarakat, baik melalui media maupun secara langsung. Dalam hal ini dititikberatkan pada perencanaan dan strategi komunikasi secara makro dan terpadu dengan bidang-bidang lainnya.
Ilmu ini masih dalam proses pengembangan yang sangat pesat, perkembanga Ilmu Komunikasi masih merupakan revolusi yang belum tuntas sehingga perlu terus dikembangkan dan terus dikaji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar