Senin, 31 Oktober 2011

Naskah Drama Peristiwa Proklamasi

“NASKAH DRAMA PERISTIWA PROKLAMASI”

Achmad Subarjo, Chairul Saleh dan Yusuf kamto pergi ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Moch Hatta. Setelah sampai di Rengasdengklok mereka langsung berangkat lagi menuju hotel Den Hendels tepatnya di Jakarta. Setelah menunggu, akhirnya mereka sampai di Hotel Den  Hendels. Kemudian Sayuti melik menghampiri pelayan restoran.
Sayuti Melik                : Maaf bu, apakah ada kamar Hotel yang masih kosong?
Pelayan Hotel             : Maaf tuan, semua kamar hotel di sini sudah penuh!
Sayuti Melik                : Oh begitu, terima kasih.


Kemudian Sayuti melik kembali menemui Ahmad Subarjo dan yang lainnya.
Sayuti Melik                : Kamarnya penuh, bagaimana ya?
Ahmad Subarjo          : Bagaimana kalau kita kerumah Laksamana Maeda. Ia adalah teman karib saya, dia juga orang yang mendukung kemerdekaan Indonesia.
Sayuti Melik                : Kalau tidak salah juga, dia merupakan salah satu perwira tinggi angkatan darat. Jadi, pasti keamanannya terjamin.
Suhud                            : Saya setuju, karena seperti yang dikatakan Sayuti Melik keamanannya terjamin.
Soekarno                      : Ya sudah, kalau begitu. Ayo kita berangkat ke rumah Laksamana Maeda.


Kemudian mereka berangkat ke rumah Laksamana Maeda. Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah laksamana maeda.
Soekarno                      : (mengetok pintu) Permisi, selamat malam bisakah kami bertemu dengan tuan laksamana maeda?
Orang Jepang             : Baiklah, silahkan masuk. Tuan ada di dalam.
 Moch Hatta                : Ya, terima kasih.


Sesaat kemudian Soekarno dan Moch Hatta bertemu dengan laksamana Maeda.
Soekarno                      : Selamat malam tuan?
Laksamana Maeda   : (membalas sapaan dengan senyuman) Ada apa, kenapa tuan-tuan ini mendatangi kediaman saya. Apakah ada masalah?
Soekarno                      : Maaf, mungkin kedatangan kami menganggu waktu istirahat tuan!
Ahmad Subarjo          : Kami bermaksud untuk menanyakan apakah benar berita menyerahnya Jepang terhadap sekutu itu?
Laksamana Maeda   : Dari mana tuan mendengar berita tersebut?
Soekarno                      : Kami mendengar berita tersebut dari salah satu golongan pemuda. Katanya dia mendengar berita tersebut dari radio luar negeri.
Laksamana Maeda   : Memang benar berita tersebut. Tapi kami masih merahasiakannya, agar tidak timbul kekacauan karena kami masih bertanggung jawab terhadap keamanan Indonesia.
Moch Hatta                 : Nah, sekarang tuan yang kami bingungkan. Para pemuda terus mendesak agar memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya!
Laksamana Maeda   : Wah itu merupakan gagasan yang bagus. Mengingat inilah waktu yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Moch Hatta                 : Berarti tuan menyetujuinya?
Laksamana Maeda   : (Membalas dengan senyuman) Ya.
Ahmad Subarjo          : Begini, kalau Maeda menginginkan, bolehkah kami  meminjam rumah anda?
Laksamana Maeda   : Boleh, memang untuk apa?
Moch Hatta                 : Kami telah sepakat dengan golongan muda. Apabila berita itu benar, kami akan secepatnya memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Rencananya kami akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia besok pagi. Jadi, apakah tuan keberatan kalau kami meminjam rumah anda?
Laksamana Maeda   : Tidak, tidak sama sekali. Lalu persiapan apa yang akan kita siapkan!
Soekarno                      : Rencananya, kami akan membuat naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Laksamana Maeda   : Ya sudah kalau begitu, ayo kita naskahnya bersama di ruang makan. Kita tidak boleh membuang waktu dengan percuma kan!
Soekarno                      : Rasanya terlalu banyak orang kalau kita mengerjakan naskah ini. Bagaimana kalau anda, Bung Hatta, Ahmad Subarjo serta saya mengerjakan naskah ini bersama.
Moch Hatta                 : Tapi bagaimana dengan para pemuda ini?
Laksamana Maeda   : Biarkan mereka disini menunggu kita, ayo Soekarno.



Moch Hatta, Ahmad Subarjo, Soekarno dan Laksamana Maeda bersama pergi ke ruang makan untuk menyusun naskah proklamasi.
Soekarno                      : Biarkan saya yang mencatat.
Ahmad subarjo          : Baiklah.
Soekarno                      : Untuk pembukaan, kata apa yang bagus ya ?
Moch Hatta                 : Bagaimana untuk pembukaannya kata “Proklamasi”. Sepertinya kata itu cocok untuk naskah ini.
Soekarno                      : Ya, bagus itu. (Kemudian ia menulisnya dalam secarik kertas) Lalu untuk isinya apa?
Ahmad Subarjo          : Tunggu sebentar biarkan saya berpikir dulu (sekitar 5 menit Ahmad Subarjo berpikir). Ya, bagaimana kalau begini “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” ?
Moch Hatta                 : Itu bagus, karena kan naskah ini menyatakan kemerdekaan bangsa kita!
Soekarno                      : (kemudian ia menulisnya dalam secarik kertas). Itukan bagian dari pembukaan. Sekarang isinya bagaimana?
Moch Hatta                 : Saya sudah berpikir begini “Hal-hal yang mengenai pemindahan dan kekuasaan dll, di selenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”.
Soekarno                      : Yah bagus semua sudah selesai, jadinya seperti ini (memperlihatkan secarik kertas yang telah di tulis).
Ahmad Soebarjo       : Alhamdulillah, akhirnya selesai juga. Bagaimana kalau sekarang kita menghampiri para pemuda, apakah mereka menyetujuinya isi naskah ini.
Soekarno                      : Ya sudah, ayo kita menghampiri para pemuda.


Tidak lama kemudian mereka sampai di serambi belakang di tempat para pemuda
telah menunggu.
Sutan Syahrir              : Bagaimana, naskahnya sudah selesai Bung?
Soekarno                      : Sudah. Ini saya bacakan!
PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan dan kekuasaan dll.
Di laksanakan dengan tjara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, 17 – 8- 45

Wakil Bangsa Indonesia

Soekarno                      : Mungkin ada yang ingin menambahkan?
Sukarni                          : Ada, menurut saya ada sedikit kata-kata yang janggal. Jadi perlu di beri perubahan sedikit!
Soekarno                      : Baiklah kita akan memperbaikinya sekali lagi!
Sukarni                          : Itu lebih baik


Akhirnya mereka merundingkan kembali naskah tersebut bersama para pemuda. Kemudian mereka melakukan sedikit perubahan pada naskah proklamasi itu. Setelah selesai melakukan sedikit perubahan, kemudian Soekarno menyuruh sayuti melik mengetik naskah proklamasi.
Soekarno                      : Maaf, apakah anda bisa mengetik naskah ini dengan perubahan-perubahannya?
Sayuti Melik                : Saya bisa, Bung!
Soekarno                      : Ya sudah tolong ketik naskah ini dengan cepat.
Sayuti Melik                : Baiklah!


Sayuti Melik pun mengetik naskah proklamasi. Kemudian setelah selesai, naskah itu di berikan pada Soekarno.
Sayuti Melik                : Ini bung, naskahnya sudah selesai. Sekarang tinggal siapa yang akan menandatangani naskah ini?
Soekarno                      : Terima kasih, bagaimana kalau naskah ini yang menandatangi adalah kita semua yang hadir disini!
Moch Hatta                 : Yah saya setuju. Agar mengacu pada fakta decelaration of independence!
Chairul Saleh               : Saya tidak setuju lebih baik anda dan Bung Hatta yang menandatangi naskah tersebut atas nama bangsa Indonesia
Semua yang hadir     : Setuju, itu lebih baik !
Soekarno                      : Nah, sekarang naskah sudah selesai. Lalu sekarang yang harus kita pikirkan, di mana naskah ini akan di bacakan?
Sukarni                          : Kami sudah menyiapkan tempat kita akan membacakan teks proklamasi ini!
Moch Hatta                 : Dimana?
Sukarni                          : Dilapangan Ikada!
Soekarno                      : Saya menolak!
Sukarni                          : Kenapa anda menolak?
Soekarno                      : Karena kalau kita membacakan naskah proklamasi ini di lapangan Ikada pasti akan timbul bentrokan dengan tentara Jepang.
Sukarni                          : Iya juga yah. Kenapa saya tidak berpikir sampai kesana?
Soekarno                      : Bagaimana kalau kita membacakan teks proklamasi ini di rumah saya!
Moch Hatta                 : Saya setuju, mungkin dengan itu tentara Jepang tidak akan mengacaukan  proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Semua yang hadir     : Setuju
Laksamana Maeda   : Ya sudah, naskah sudah selesai disusun. Bagaimana kalau kalian pulang ke rumah masing-masing. Lihat kalian begitu lelah. Pagi harinya kita berkumpul di rumah Soekarno.
Soekarno                      : Yah kami semua sudah lelah, sebaiknya kami semua pulang saja, sebelumnya kami ingin mengucapkan terima kasih atas izin tuan.
Laksamana Maeda   : Ah, tidak apa-apa.
Soekarno                      : Ya sudah tuan kami pamit dulu!
Akhirnya dini harinya tanggal 17  semua pulang ke rumah masing-masing. Tetapi para pemuda tidak pulang ke rumahnya, melainkan  mereka menghimpun rekan-rekannya untuk menyebar luaskan berita itu kesegenap masyarakat Jakarta.
Dengan cepat mereka mempersiapkan pamflet-pamflet dan mobil pengeras suara untuk memberitahukan kepada penduduk tentang kabar gembira ini.
Pagi harinya pemuda-pemuda dan penduduk sekitar berkumpul di Jakarta, yakni di rumah Ir. Soekarno.
Muwardi                       : Bung karno, para pemuda telah berkumpul. Mereka sudah tidak sabar lagi untuk mendengarkan anda membacakan naskah proklamasi.
Soekarno                      : Tunggulah sebentar, Bung Hatta belum datang. Saya akan menunggu Bung Hatta dulu!
Muwardi                       : Ya sudah silahkan, tapi jangan terlalu lama. Kami sudah tidak sabar untuk menunggu, sebentar lagi kan sudah pukul 10.00.
Soekarno                      : Ehm … baiklah!
Suhud                            : (Tiba-tiba datang) Maaf Bung Karno, apakah kita akan melakukan pengibaran bendera merah putih?
Soekarno                      : Ya haruslah, itukan sebagai simbol kalau kita telah merdeka.
Suhud                            : Tapi, kita tidak mempunyai bendera!
Soekano                       : Ya sudah biar saya yang mengurus benderanya. Saya akan menyuruh Fatmawati menjahitkannya sekarang juga.
Suhud                            : Ya sudah Bung, biar saya yang mencari tiang bambunya. Saya permisi dulu!
Soekarno                      : Ya silahkan. Wikana tolong panggilkan Fatmawati kemari.
Wikana                          : Baik Bung Karno!


Sesaat kemudian Fatmawati datang.
Fatmawati                    : Ada apa Kang Mas memanggil saya?
Soekarno                      : Bu tolong jahit bendera merah putihnya disini. Bukankah ibu mempunyai kain merah putih?
Fatmawati                    : Entahlah. Tapi seingat saya, kain itu sudah ibu buat rok!
Soekarno                      : Pokonya Kang Mas minta sekarang jahitkan benderanya!


Kemudian fatmawati mencari kain itu. Setelah selesai mencari fatmawati menjahit dengan tangan.
Tidak lama kemudian Moch Hatta datang tepat pukul 09.45.
Moch Hatta                 : Maaf terlalu lama menunggu saya!
Soekarno                      : Ah tidak apa-apa, kebetulan persiapannya juga belum selesai.
Moch Hatta                 : Memang persiapan apa?
Soekarno                      : Persiapan untuk pengibaran bendera. Fatmawati sedang menjahit benderanya. Sebentar lagi juga sudah beres!


Akhirnya segala persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia selesai. Bendera sudah dijahit, begitu pula dengan tiang bambu, Suhud sudah mencarinya. Kemudian Latif menjemput kedua tokoh nasionalis itu di kamar Soekarno.
Latif                                : Maaf Bung, bisakah proklamasi ini segera di mulai?
Soekarno                      : Bisa, ayo silahkan kita menuju halaman depan!


Saat Soekarno dan Moch Hatta keluar dari rumahnya dan naik ke panggung. Mereka di sambut dengan antusiasme yang penuh oleh para penduduk yang sudah berkumpul.
Tak lama kemudain Soekarno membacakan pidatonya.

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Pada kesempatan pagi ini, kita berkumpul untuk menjadi saksi dari peristiwa  penting yang selama ini kita tunggu. Yakni peristiwa yang selalu menjadi impian dan harapan sebagai bangsa yang terjajah. Dari bertahun-tahun yang lalu sampai beratus-ratus tahun yang lalu kita memperjuangkan kemerdekaan kita agar bebas dari penjajahan.
Hari ini kita mengibarkan kemerdekaan kita dengan harapan dapat menjadi tombak agar kehidupan kita bisa berubah menjadi lebih baik dan lebih layak dari sebelumnya.
Terima kasih kepada para pejuang yang kokoh dan teguh memperjuangkan kemerdekaan bangsa kita dengan segenap jiwa dan raganya. Dari mulai penjajahan Bangsa Portugis, Inggris, Jepang dan Belanda. Kita selama ini seolah seperti orang yang selalu tunduk di hadapan penjajah. Kita seolah mengabdi kepada mereka. Namun di dalam hati kita, kita tetap menjungjung tinggi keinginan dan impian kita untuk kemerdekaan bangsa kita.
Kini semua harapan kita itu bukanlah sebuah angan-angan belaka, melainkan sebuah perjuangan yang hasilnya dapat kita saksikan saat ini. Proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia, dengan di tandai pembacaan Naskah proklamasi.

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan dan kekuasaan dll.
Di laksanakan dengan tjara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, Hari 17  Boelan 8 Tahoen 1945

Atas nama bangsa Indonesia,
Soekarno Hatta

Demikianlah naskah Proklamasi ini sebagai tanda bahwa bangsa kita bangsa indonesia yang telah merdeka. Kemudian sebagai simbol kebebasan dan kemerdekaan kita, kita kibarkan  bendera merah putih.


Kemudian Latif dan Suhud  mengibarkan bendera merah putih, sebagai simbol kebebasan dan kemerdekaan indonesia
Dengan ditandai pembacaan naskah proklamasi dan pengibaran sang saka merah putih maka sejak itu bangsa kita lepas dari belenggu penjajahan.

1 komentar: