Senin, 31 Oktober 2011

Rasulullah Teladan kita



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Saudari-saudariku yang dirahmati Allah SWT,

Sebagai seorang muslim yang taat, kita harus memiliki gambaran tentang hakikat Islam secara sempurna yang tercermin dalam kehidupan Rasulullah Muhammad SAW. Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di hari kemudian.” (QS Al Ahzab(33):21)

Keteladanan tersebut dapat dilakukan oleh setiap manusia, karena Rasulullah SAW memiliki segala sifat terpuji yang dapat dimiliki oleh manusia. Beliau adalah manusia seperti manusia yang lain dalam naluri, fungsi fisik, dan kebutuhannya tetapi bukan dalam sifat-sifat dan keagungannya, karena beliau mendapat bimbingan Tuhan dan kedudukan istimewa disisiNya. Dalam Surat Al-Kahf(18):110 ditegaskan bahwa “Aku tidak lain kecuali manusia biasa seperti kamu, (tetapi aku) diberi wahyu……”.

Tidak diragukan lagi bahwa sebagai manusia, kita mencari type ideal mengenai salah satu aspek kehidupan dan kita pasti akan mendapatkannya di dalam kehidupan Rasulullah SAW secara jelas dan sempurna. Oleh karena itu Allah SWT menjadikannya teladan bagi seluruh umat manusia.
 
Meneladani sifat, perilaku dan kebiasaan Rasulullah juga membuktikan kecintaan kita kepada Allah SWT. Dalam Surat Ali Imran(3):31 dijelaskan:

“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu,….”

Dalam petikan ayat di atas menunjukkan bahwa adanya kesatuan cinta antara cinta pada Allah dan RasulNya. Cinta yang dimaksud dalam syariat berbeda dengan cinta dalam pemahaman sempit. Terkadang cinta sering digeneralisasikan menjadi cinta perasaan. Akan tetapi yang benar dan yang diminta adalah cinta rasional. Rasulullah bersabda: “tidaklah beriman seorang dari kamu sampai aku lebih dicintainya dari anaknya, orangtuanya, dan manusia seluruhnya”.(HR.Bukhari, Muslim, Nisa’I, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Saat itu Umar bin Khattab ra. menjawab:” Aku lebih cinta kamu ya Rasul daripada hartaku, anakku, akan tetapi aku lebih mencintai diriku sendiri.”


Tetapi Rasulullah SAW mengulangi perkataan yang sama sampai tiga kali sehingga Umar mengerti bahwa cinta yang dimaksud adalah cinta rasional yang berdampak pada pelaksanaan nikmat taklif. Cinta rasional adalah kasih sayang yang ditujukan kepada seseorang yang kita tahu bahwa dia itu baik kepada kita dan apa yang diperintahkan berguna untuk kita, sehingga timbullah kenikmatan untuk mencintainya dengan perasaan.

Bukan hanya masalah cinta, mentaati Rasul juga berarti taat kepada Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam surat Ali Imran(3):32:

“Katakanlah: taatilah Allah dan RasulNya,jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai oarng-orang kafir”.

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa taat kepada Rasulullah adalah bagian dari taat kepada Allah SWT. Maksudnya bila Allah menetapkan perintah, Raulullah menegaskannya dalam bentuk perkataan dan perbuatan.

Misalnya Allah menyuruh kita shalat dalam pengertian umum, kemudian Rasulullah yang menjelaskan bagaimana cara mengerjakan shalat, berapa rakaat dan sebagainya.


Menghidupkan Sunnah-Sunnahnya dari Bangun Tidur Hingga Tidur Lagi.

Sebagai type ideal yang kita cintai dan imani, tentunya kita akan mengingat dan melaksanakan sunnah-sunnah Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. Dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi.

Kalau kita membaca hadits Rasulullah, semua aktifitas baik itu ibadah (wajib dan sunnat), hubungan antara manusia dan Allah SWT, hubungan manusia dengan dirinya sendiri maupun dengan manusia lainnya (dalam hubungannya dengan status, profesi maupun jabatan), hubungan manusia dengan binatang dan masih banyak lagi, telah dicontohkan oleh Rasululllah sehingga kalau kita kaitkan dengan aktifitas kita sehari-hari, setiap detik kita bisa menjadikan sunnah Rasulullah itu sebagai patokan aktifitas kita.
 

Hubungan manusia dengan Allah SWT.

Saat kita bangun tidur, kita mengucap syukur kepada Allah SWT dengan membaca do’a yang telah beliau ajarkan. Begitu juga saat mengerjakan perintah Allah dalam ibadah shalat. Kita kerjakan shalat wajib dan sunnat sesuai dengan waktunya yang telah ditetapkan. Bagaimana gerakan shalat, bacaan-bacaannya, dzikirnya, dan do’a-do’anya. Dan yang harus diingat adalah seperti yang telah dijelaskan dalam surat  Ali Imran(3):32 tentang keharusan mentaati Allah dan RasulNya, dalam Surat Al-Ahzab(33):56 Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai Orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Maka selain dzikir dan do’a kita panjatkan kepada Allah, maka bershalawatlah kepada Rasul sebanyak mungkin, baik saat beribadah atau sambil mengerjakan pekerjaan ataupun sambil beristirahat. Aktifitas ibadah lainnya yang biasa kita lakukan sehari-hari adalah membaca Al-Qur’an, bertasbih, tahlil dan istighfar. Di samping itu, dalam rutinitas kegiatan kita, expresi rasa syukur selalu kita panjatkan kepada Allah melalui contoh dari beliau seperti sebelum makan, berpakaian, atau aktifitas lainnya dengan terlebih dulu membaca Basmallah dan menyudahinya dengan membaca Alhamdulillah. Sampai akhirnya waktu malam tiba, saat kita akan beristirahat kembali beliau mengajarkan kita untuk membaca do’a sebelum tidur sebagai bentuk kepasrahan diri terhadap Allah yang berkuasa atas hidup dan mati.



Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Rasulullah SAW mengajarkan agar kita harus adil terhadap diri sendiri. Bahwa semua anggota tubuh kita memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang harus dilaksanakan. Seperti mulut dan lidah misalnya, hak mereka adalah untuk berbicara, tetapi kewajiban kita untuk mengontrolnya seperti sabda Rasulullah bahwa bicaralah yang baik-baik atau diam. Begitu juga dengan mata, haknya untuk melihat tapi kita harus memilah mana yang pantas untuk dilihat dan mana yang tidak. Perut juga punya hak untuk diisi, tapi menurut Rasulullah yang terbaik adalah mengisinya sebelum lapar dan berhenti (mengisinya) sebelum kenyang. Bahkan disaat tiba waktu shalat wajib dan kita merasa lapar, beliau menyarankan agar kita makan terlebih dahulu. Sungguh ajaran yang begitu mengagumkan. Masih banyak lagi sunnah-sunnah beliau yang berhubungan dengan anggota-anggota tubuh kita lainnya yang tidak mungkin satu persatu disebutkan di sini.


Hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Apapun status kita, Rasululullah telah memberi contoh yang jelas dalam sunnahnya. Bagaimana harus menjadi pemimpin yang baik terhadap bawahannya atau sebaliknya, menjadi ayah atau ibu yang baik, menjadi anak yang berbakti kepada orangtua, menjadi suami yang bertanggungjawab, menjadi isteri yang mengabdi pada suami,bagaimana harus bersikap terhadap tetangga, anak kecil, orang tua, tamu, orang-orang non muslim dan sebagainya yang kita jumpai sehari-hari.

Begitu juga halnya dengan profesi dan jabatan yang kita emban. Baik sebagai guru atau murid, pedagang, seniman, penegak hukum, pendakwah dan lain sebagainya, akan menjadi satu profesi (jabatan) yang mulia jika kita kerjakan sesuai dengan sunnahnya.
    

Hubungan manusia dengan binatang.

Sebelum orang-orang mengenal organisasi pencinta binatang, Rasulullah SAW telah mengajarkan dan mengingatkan kita bagaimana bersikap terhadap binatang dan apa dampaknya jika kita menyakitinya seperti dalam cuplikan hadits ini:”Bartakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang-binatang, kendarailah dan makanlah dengan baik”. Atau “Seorang wanita terjerumus ke dalam neraka karena seekor kucing yang dikurungnya”. Ataupun “Seorang yang bergelimang dosa diampuni Tuhan karena memberi minum seekor anjing yang kehausan”.

Maka bagi kita yang memiliki binatang peliharaan ataupun mendapatkan binatang yang sedang tersiksa karena kelaparan/kehausan, berikanlah hak mereka untuk makan dan minum serta perawatan yang baik.


Keuntungan Meneladani Akhlak Rasul.

1.Di dunia.

Dengan meneladani akhlak dan ajaran Rasulullah SAW, kita akan mulia di dunia dalam pandangan Allah SWT dan manusia lainnya sesuai dengan yang kita pahami dalam Surat Al-Qalam(68):4:”Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung.”

Selain mulia, Allah SWT akan mencurahkan rahmatNya kepada kita seperti yang disebutkan dalam Surat Ali Imran(3):132:”Dan ta’atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.”

Juga akan mendapat kemenangan, seperti dalam Surat Al-Maaidah(5):56:”Dan barangsiapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya (pengikut) agama Allah itulah yang pasti menang.”


2.Di Akhirat

Dengan banyak bershalawat kepada Rasul, Insya Allah kita akan mendapatkan syafa’at beliau kelak.

Allah juga telah menjanjikan tempat yang indah, yaitu disisi para Nabi dan orang-orang shaleh seperti yang kita jumpai dalam Surat An Nisaa’(4):69:”Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahiddan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” 

Dari ayat ini Allah SWT menjanjikan secara pasti akan membalas keta’atan dengan pahala yang sangat besar,yaitu bukan saja sekedar masuk surga, tetapi akan ditempatkan bersama-sama orang yang tinggi derajatnya di sisi Tuhan. 

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar